DAFTAR ISI
Rangkuman Materi Keanekaragaman Hayati Kelas 10
Pengertian Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman mahluk hidup yang memperlihatkan seluruh variasi gen, spesies, dan ekosistem di suatu daerah. Pada prinsipnya keanekaragaman hayati berarti tidak ada satupun mahluk yang sama persis di dunia ini, baik secara sifat, wujud, maupun prilakunya. Keanekaragaman hayati menurut tingkat keberagamannya dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
Keanekaragaman tingkat gen
- keanekaragaman individu dalam satu spesies yang sama
- setiap individu memiliki susunan parangkat gen yang khas
- setiap individu memiliki faktor genetik yang berbeda
- terbentuknya variasi dalam satu keturunan dari induk yang sama
- keadaan lingkungan mempengaruhi perubahan gen karena adaptasi, persilangan dan mutasi
- contohnya warna mata (biru, hitam, dan cokelat), warna kulit (putih, kuning, sawo matang), bentuk rambut (lurus, ikal, keriting), warna bunga bugenvil variegota (merah, putih, jingga, ungu)
Keanekaragaman tingkat jenis (spesies)
- Variasi berupa bentuk, penampakkan, frekuensi antar spesies
- Contohnya:
- Kenanga, sirsak, dan srikaya (satu famili Annonaceae)
- Ayam, itik, angsa (satu famili Gulliformeae)
- Kentang, tomat, cabai (satu marga Solanum)
Keanekaragaman tingkat ekosistem
Ekosistem terbentuk karena adanya hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan lingkungannya. Berbagai individu dari spesies yang berbeda saling berinteraksi dengan sesamanya dan lingkungannya sehingga terbentuk ekosistem dengan sistem kehidupan yang khas. Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman tingkat ekosistem, yaitu:
- Iklim
- Air
- Tanah
- Udara
- Cahaya
- Kelembapan
- Suhu
Contohnya ekosistem hutan bakau, hutan hujan tropis, sabana, ekosistem padang rumput, ekosistem padang pasir, ekosistem pantai, dan daerah bersalju.
Pengelompokkan Keanekaragaman Hayati
Pengelompokkan keanekaragaman hayati bertujuan untuk:
- Memberikan penjelasan mengenai ciri-ciri mahluk hidup agar setiap jenis dapat dikenali dengan mudah.
- Mengidentifikasi setiap ciri-ciri mahluk hidup agar dapat dikelompokkan sesuai dengan kategorinya.
- Memberikan pengetahuan tentang hubungan kekerabatan antar mahluk hidup di dunia.
- Mengetahui perkembangan evolusi setiap mahluk hidup berdasarkan hubungan kekerabatannya.
Pengelompokkan mahluk hidup akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Saat ini ada tiga sistem pengelompokkan/ klasifikasi mahluk hidup, yaitu:
Sistem artifisial atau buatan
Sistem ini disusun sesuaiĀ keinginan manusia dengan menggunakan satu atau dua ciri pada mahluk hidup. Contohnya klasifikasi berdasarkan habitatnya (pohon, perdu, semak, terna, memanjat).
Sistem alami
Sistem ini mengelompok secara alami tanpa campur tangan manusia berdasarkan persamaan dan perbedaan morfologinya. Contohnya:
- Berdasarkan cara gerak: hewan bersayap, hewan bersirip, dan hewan berkaki.
- Berdasarkan penutup tubuhnya: hewan bersisik, hewan berbulu, hewan bercangkang, dan hewan berambut.
- Berdasarkan keping bijinya: tumbuhan berkeping biji satu dan berkeping biji dua.
- Sistem filogenetik
- Disusun berdasarkan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar takson
- Setiap mahluk hidup memiliki kesamaan molekul dan biokimia tetapi berbeda dalam hal bentuk, susunan, dan fungsinya
- Pada prinsipnya sistem ini disusun berdasarkan persamaan fenotipe berupa sifat-sifat bentuk luar (morfologi), faal, tingkah laku yang teramati, dan pewarisan sifat (sejak nenek moyang hingga sekarang).
- Contohnya mamalia, reptil, dan burung memiliki hubungan evolusioner (hubungan sejak nenek moyang)
Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Indonesia dikenal sebagai negara megabiodiversitas atau negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Keanekaragaman Flora Di Indonesia
Flora di indonesia termasuk ke dalam wilayah flora Malesiana yang meliputi Malaysia, Filipina, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon. Keanekaragaman flora di indonesia berupa:
- Hutan hujan tropis yang sangat kaya akan keanekaragaman flora berada di Kalimantan, Sumatera, dan Papua.
- Flora khas indonesia yaitu durian (Durio zibethinus), sukun (Artocarpus communis), bunga Rafflesia (Rafflesia arnoldi), Andalas (Moras Macraura), cempaka kuning (Michelia cempaca L), Gaharu (Aquilaria microcarpa), dan Meranti (Shorea sp.)
- Memiliki hutan mangrove dan hutan bakau yang luas
Keanekaragaman Fauna Di Indonesia
- Indonesia memiliki 12% hewan mamalia dunia, 16% hewan reptil dan amfibi dunia, dan 12% burung dunia.
- Dibatasi dua zoogeografi yaitu garis Wallace dan garis Weber.
- Garis Wallace dibagi dua daerah, yaitu:
- Daerah Oriental meliputi Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Jenis hewannya seperti gajah, banteng, dan harimau.
- Daerah Australian meliputi Papua dan pulau-pulau disekitarnya. Jenis hewannya seperti kangguru pohon, kuskus, dan burung cenderawasih.
- Garis Weber, terdapat daerah peralihan meliputi sebelah timur Sulawesi memanjang ke utara sampai kepulauan Aru, Nusa Tenggara. Jenis hewannya seperti Anoa, burung Maleo, dan Singapura.
Pengaruh Kegiatan Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati
Dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menurunkan keanekaragaman hayati, yaitu:
- Pencemaran lingkungan dari limbah pabrik dan rumah tangga
- Penggunaan bahan kimia secara berlebihan (pestisida kimiawi dan pupuk)
- Kerusakan habitat (penebangan/penggundulan hutan dan perusakan terumbu karang)
- Pembakaran hutan untuk membuka lahan baru
- Perburuan liar
Beberapa usaha manusia yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keanekaragaman hayati, yaitu:
- Penghijauan atau reboisasi
- Pemuliaan bibit unggul dengan cara kawin silang sehingga menghasilkan varietas baru
- Pengendalian hama
- Program tebang pilih
- Membuat tempat konservasi
Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati Di Indonesia
- Konservasi dibagi dua, yaitu:
- In Situ: konservasi flora dan fauna yang dilakukan di habitat aslinya, contohnya Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Nasional Baluran.
- Ex Situ: konservasi flora dan fauna yang dilakukan di luar habitat aslinya, contohnya penangkaran harimau di kebun binatang.
- Pemanfaatan keanekaragaman hayati dengan berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Prinsip daya toleransi: ada batas pemanfaatan yang tidak boleh terlampaui agar sumber daya alam tetap dapat diperbaharui.
- Prinsip ketahanbalikan: melestarikan plasma nutfah, apabila plasma nutfah punah maka organisme di dalamnya juga akan punah.
- Prinsip Faktor pengontrol: keseimbangan lingkungan harus terjaga. Faktor pengontrol pada populasi tanaman pertanian, misalnya penggunaan pupuk dan pestisida yang akan berpengaruh terhadap pencemaran lingkungan.
- Prinsip In optimum: pemanfaatan SDA harus mempertimbangkan dampak jangka panjangnya. Tidak ada SDA yang dapat dimanfaatkan secara optimum tapi harus di bawah batas optimum.